Langsung ke konten utama

Kisah Menangkap Capung Diwaktu Kecil



Kala sawah masih membentang sungai masih mengalir, Burung-burung masih berkicau kian kemari, Tidak ketinggalan macam-macam hewan serangga turut meramaikan pagi yang indah kala itu diantaranya serangga Capung. Semuanya nampak asri dan berseri. Tetapi itu dulu, Kini semuanya sedikit demi sedikit mulai tak nampak lagi.

Seperti halnya serangga Capung yang dulu hampir ratusan berterbangan kian kemari mengitari sungai dan persawahan sekarang ini hanya ada beberapa ekor saja yang tampak. Karena serangga capung lebih senang ditempat yang mengandung air seperti persawahan serta sungai. Karena sekarang dikampungku semuanya sudah banyak rumah tak heran kalau serangga Capung hampir jarang berterbangan lagi.

Nah teman-teman blogger kali ini saya akan mengenang masa kecil dikala sering mencari Capung bersama teman sejawat saya, Dan saya yakin pastinya teman-teman blogger juga pernah mengalaminya.

Memang kalau dipikir lagi, Tidak ada yang menarik dalam hal mencari serangga Capung tersebut. Tetapi karena pada saat itu masih banyak sawah atau sungai jadi meski hanya mencari Capung, Tetapi semua itu serasa indah dan berkesan.

Tata cara menangkap Capung pun, Sebenarnya sangat sederhana. Bisa langsung dijepit dengan tangan, Bisa juga dengan jaring atau plastik yang sudah kita kasih bambu atau kayu panjang. Karena sangat mudah menangkapnya tak heran tidak membutuhkan waktu lama kami dan teman sewaktu kecil bisa mendapatkan puluhan Capung berwarna-warni.

Karena bila disawah atau sungai biasanya jenis Capung hampir ada 3 warna lebih, Tetapi yang lebih sering ialah yang berwarna kuning & merah. Sedangkan warna biru kehitaman atau hijau lebih banyak berterbangan diarea kebun dan rumah. Karena alam pada masa itu masih asri dan hijau jadi bermain apapun dikampungku tetap serasa indah dan berseri. Yaa meski cuma mencari Capung sih. Berbeda mungkin dengan sekarang, Hal seperti itu sudah hampir jarang ditemukan kembali. Terlebih zaman sekarang Gadget atau Ponsel sudah mendominisasi.

Dan konon katanya hewan serangga seperti Capung ini bisa dijadikan makanan seperti pepes capung. Meski saya sendiri belum pernah memakannya. Karens saya sewaktu kecil mencari capung hanya untuk buat main saja, Terkadang dijadikan umpan untuk ayam dirumah.

Serangga capung bisa diolah menjadi makanan itu saya ketahui sewaktu saya berkunjung kedaerah ciamis sampai pangandaran, Dan disini biasanya capung yang dipepes hanya untuk dikonsumsi sendiri, Tidak untuk diperjualkan belikan makanan tersebut. Kecuali peyek laron. Itupun adanya diaerah jawa tengah.

Capung Bisa Mengobati Orang Yang Suka Ngompol

Tentunya teman blogger pernah mendengar ada mitos bagi anak-anak yang suka ngompol, Bila pusarnya digigit Capung atau didekatkan kecapung bisa menghilangkan penyakit ngompol, Terutama anak-anak.

Itu hanya mitos saja dan tidak benar, Karena menurut penelitian kesehatan belum ada anak kecil yang suka ngompol sembuh dengan hanya didekatkan pusarnya ke Capung. Justru resiko kemasukan kuman lebih besar, Karena Capung terbang sesuka hatinya ia mau hinggap dimana saja, Jadi Kemungkinan besar bisa saja membawa kuman penyakit.

Karena mitos itu sudah sering terjadi makanya tak heran bila bicara soal serangga Capung pastinya orang-orang tua dahulu akan menyuruh capung untuk mengggigit pusar anaknya yang sering mengompol.

Semestinya sih solusinya sebelum anak tidur pada malam hari lebih baik disuruh pipis saja dahulu agar tidak sering ngompol atau beser wuheee!!. Dan pastinya teman-teman blogger punya pengalaman menarik diwaktu kecil dalam mencari capung atau bermain dengan capung, Bolehlah berbagi komentar diblog ini.

Komentar

  1. Saya juga pada saat kecil sempat ngalamin nih, yaitu nangkap capung bahasa jawanya kinjeng. Kebetulan depan rumah itu pekarangan tetangga, ya kami antar bocah lomba siapa cepat dapat capung banyak nanti dia yang menang, nangkapnya pake trik, pokoknya ngincer dari belakang jangan sampai ketahuan karena klo ketahuan cepat2 capungnya terbang. nanti klo sudah dapat ya diterbangkan lagi sih

    Tp jujur saya blum pernah dengar mitos yg buat ngatasin ngompol itu loh

    BalasHapus
    Balasan

    1. Betul mbak selalu ada cara untuk mendapatkan atau bermain dengan serangga Capung.

      Mitos itu mungkin dulu berlaku hanya disekitaran Jakarta, Jawa barat. Kalau tempat lainnya yaa mungkin beda lagi kali mitosnya.

      Hapus
  2. Wah, saya juga dulu waktu kecil percaya mitos semisal capung bisa mengobati anak-anak yang hobi mengompol hahahahahaha :))) kalau dipikir-pikir aneh tapi kenapa dulu saya percaya ya (?)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak terkadang sesuatu yang masih mitos karena sering dibicarakan orang seolah2 seperti jadi nyata dan benar.

      Meski pada kenyataannya tidak demikian.

      Hapus
  3. Dirumah saya sering banget capung masuk. Tapi kami biarkan sih biasanya sampai dia keluar sendiri. Anak saya masih takut kalau megang capung entah kenapa padahal megang kelinci berani..

    BalasHapus
  4. nistalgia masa kecil ya bang, gw juga dulu pernah mengalami hal semacam itu, kebetulan gw tinggalnya dipedesaan jadi nangkep capung sore-sore udah jadi kebiasaan waktu kecil :D

    BalasHapus
  5. Jadi ingat masa kecil kalo baca ini. Memang dulu mudah sekali mencari capung, tinggal ke sawah maka ratusan capung akan mudah ditemui.

    Tapi anehnya sekarang capung tinggal sedikit, padahal sawah masih ada. Kenapa begitu ya?

    Iya sih, dulu ada mitos kalo anak kecil suka ngompol maka pusarnya digigit capung.😁

    BalasHapus
  6. Di desaku masih banyak sawah Bang? Banyak Capung juga. Di desaku, Capung biasa disebut Kinjeng. Kalau nangkap Capung biasanya pakai getah nangka. Itu pengalamanku dulu sih waktu kecil. Yawlla...apakah kita seumuran?

    BalasHapus
  7. Jadi inget nasa kecil, pergu kesawah nangkap capung pake getah lengket. Udah terkumpul banyak ditusuk dan divakar, dikasih garan ato kecap lalu dimakan 😂😂😂

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Mainan Dari Bambu & Manfaat Pohon Bambu

Gambar Ilustrasi Pixabay Sebatang bambu atau pohon bambu meski sederhana tetapi punya banyak manfaat. Nah sahabat blogger kali ini saya akan menulis kisah permainan dikampung saya sewaktu kecil, Yaitu permainan yang bahannya mengunakan bahan dari pohon bambu atau batang bambu. Permainan tersebut adalah bletokan atau pletokan. Kalau dikampung saya dahulu umumnya orang banyak menyebutnya bletokan. Bentuknya sederhana, Dan seperti yang ada pada gambar diatas bletokan terbuat dari batang bambu petung atau bambu china yang berwarna hijau. Meski pada umumnya membuat bletokan tak harus dari bambu berwarna hijau saja sih. Dan tentunya sahabat blogger pasti tahu cara penggunaan dari mainan bletokan bambu tersebut. Yaitu dengan diisi sebuah buah geroaks yang bulat dan berwarna hijau, Lubang utama diisi satu buah, Dan lubang belakang satu buah pula. Sesudah itu kita tinggal menyodoknya dengan tangkai yang terbuat dari bambu yang sudah diraut. Hingga menghasilkan suara yang n

Buah Gohok, Buah Yang Jarang Ada Dipasar Tradisional

Hai teman-teman blogger kali ini saya akan mengulas tentang buah Gohok atau Gowok, Bahkan ada pula yang menyebutnya buah Kupa, Yang mana yang pernah teman blogger tahu atau dengar. Sepintas kalau kita perhatikan gambarnya memang mirip dengan buah Blueberry atau buah Jamblang / duet, Tetapi sangat berbeda jauh, Kalau buah Jamblang / duet dan Blueberry mempunyai rasa manis. Tetapi buah Gohok jika masih berwarna merah kehitam-hitaman masih serasa asam. Kecuali jika semuanya sudah berwarna ungu gelap baru akan terasa manis buah Gohok tersebut. Dan buah Gohok ini juga termasuk buah yang pernah ada dikala saya masih kecil, kala itu kampung saya tangerang masih hijau dan asri. Meski sekarang semuanya sudah banyak yang berubah. Dahulu sewaktu saya kecil jika musim penghujan datang pastinya buah Gohok tumbuh lebat merekah. Jika tak ingin ribet memetiknya saya dan teman dikampung saya sering menunggu buah tersebut rontok atau berjatuhan, Biasanya ini sering saya lakukan jika pagi

Kenangan Dengan Buah Akesa Yang Hampir Langkah

Postingan kali ini saya akan menceritakan tentang buah Akesa atau Sawo mentega, Meski kalau dikampung saya didaerah Tangerang banyak orang menyebutnya dengan buah jigong, Yaa karena mungkin warnanya yang memang agak kuning tua. Dan dikampung saya di Tangerang, Buah Akesa sudah sangat langkah untuk dicari. Karena Tangerang sekarang sangat jauh berbeda dengan yang dulu. Kalau dulu dikampung saya Tangerang mencari buah Akesa sangat mudah, Karena hampir dipelosok kampung buah tersebut tumbuh dengan sendirinya. Dan sejujurnya artikel ini saya tulis hanya untuk mengenang kisah saya sewaktu kecil didaerah Tangerang yang kala itu masih Asri dengan alamnya yang sangat hijau dan subur. Meski sekarang semuanya boleh dikatakan hanya tinggal nama yang hanya untuk dikenang saja. Tangerang sekarang sudah berubah menjadi kota yang boleh dikatakan cukup padat penduduknya. Tak heran alam yang tadinya Asri kini berubah menjadi polusi yang menyesakkan. Namun apapun yang terjadi kehidupan i